Biasa Aja Deh

Salah satu teman kuliah gw pernah mengungkapkan keinginannya setelah lulus untuk tinggal di kota yang arus modernisasinya belum cukup kental, dimana masyarakatnya bergaya hidup sederhana dan apa adanya. Tidak terpengaruh trend yang musiman dan semuanya tidak diharga berdasarkan materi.
Memang sulit dipungkiri bahwa hidup di kota besar butuh banyak biaya selain biaya kebutuhan pokok yaitu biaya gaya hidup. Biaya beli gadget, biaya ke salon, biaya pakaian bermerek, biaya hang-out, dan biaya-biaya lainnya yang jumlahnya melebihi kebutuhan pokok sendiri.
Jadi tidak salah kalo salah satu teman gw pernah menulis di statusnya,
"Tiga B saat ini adalah Behel, BB, dan Branded"
Namun berkaca kepada orang tua gw yang dijadikan panutan rasa-rasanya biasa saja, mereka hidupnya sederhana. Pakaian beli di tanah abang, memilih di rumah bersama anak-anak dibandingkan jalan ke mall, handphone yang itu-itu aja dari dulu (kalo rusak baru diganti). Terkadang gw juga heran dimana bokap gw sendiri pun bajunya jarang beli, sekali beli paling baju koko buat lebaran sama sarung. Hampir semua bajunya dapet dari kantor alias baju sponsor.
Kalo dipikir-pikir sih emang gak modal, tapi ya... lebih baik begini dibandingkan tergerus modernisasi yang berakhir pada kehampaan. Hidup sederhana dan apa adanya

Categories:

Leave a Reply