Apa ya Arti Sebuah Mesjid Bagi Universitas Saya


Saya berkuliah di salah satu Universitas Terpandang di Indonesia dan terletak di Bandung. Universitas yang setiap tahun makin mencekik biaya masuknya. Universitas yang (katanya) dahulu termasuk unggulan. Universitas yang membawa saya dan beberapa teman-teman menikmati pertukaran pelajar di Korea Selatan (tentu saja saya tidak lupa). Universitas yang entah mengapa rasanya akan cepat saya lupakan begitu lulus, karena jarang ada kenangan manis, selebihnya ya kenangan pahit yang rasanya juga malas untuk melakukan flashback kembali. Justru yang membuat saya bertahan hanyalah pertanggungjawaban saya terhadap orang tua dan teman-teman seperjuangan. Rasanya tidak mau di tengah jalan berhenti kuliah dan mengulang dari awal. Karena saya bukanlah tipe orang yang mau mengulang sesuatu kalo tidak terlalu. Enak atau tidak enak, suka atau tidak suka maju terus pantang mundur. Jangan takut terhadap hasilnya.

oh ya, suatu peristiwa sekitar dua minggu yang lalu, ketika perjalanan pulang menuju Bandung dari sebuah daerah 'terlaknat' Jatinangor'. Kenapa 'terlaknat'? entahlah beberapa teman saya menganggap begitu, selain tempatnya panas, sering terjadi kriminalitas (pencurian), pokonya tidak nyaman untuk ditinggali (kata teman saya lho). Yuk, balik lagih ke inti cerita, balik dari sana, terjadilah hujan badai. Angin besar, pohon bertumbangan, kilat bertaut-tautan satu sama lain. Saya di bis ketika itu (ya iyalah masa di pesawat, tapi bisa ajah kalo bisnya berubah jadi pesawat (halah ngaco!) hanya bisa memperhatikan apa yang terjadi di luar. Dikarenakan hujannya bombastis, fantastis, dan Elastis, berputar-putarlah si bis untuk mencari jalan yang tidak banjir (gak oke dah bandung ngikutin jakarta pake banjir segala).
Dan Pada akhirnya sampailah ke tempat pemberhentian dimana saya turun untuk melanjutkan perjalanan menuju kosan. Tapi kok ada yang tertinggal ya, pikir saya sekelebat. Wah, ternyata belum sholat, baru ingat kalo belum sholat biasanya bablas ajeh (hehehehe...). Langsung lakh saya menuju mesjid kampus yang tidak begitu jauh dari pangkalan bus tadi. Begitu kesana saya terheran, kok mesjidnya nampak ada aer. Apakah ada pool party (astaga imajinasi tak terkendali). Ternyata penglihatan saya yang tanpa memakai kacamata itu memang terlihat jelas ada genangan aer di TENGAH-TENGAH mesjid. Kemudian saya mengumpat dalam hati (ya namanya dalam hati tentu saja tidak diungkapkan juga disini).

Heran, katanya universitas unggulan, tapi kenapa mesjidnya gak diperhatikan. Padahal biaya masuk tiap tahunnya naik. Biaya semesteran juga, Pembangunan infrastruktur nampak di kampus dua kampus besar. Tiap tahun bangun ini, bangun itu, entah apa fungsinya. Rasanya di kampus saya juga satu gedung di biarkan begitu. Sampe sekarang gak tau buat apa. Rasa-rasanya pembangunan 'fisik' lebih penting ketimbang 'moral'. Penghambaan kepada 'status' dan 'prestise' lebih dibutuhkan dibandingkan penghambaan kepada 'sang pecipta'.

>>,<<

Categories:

Leave a Reply