Aneh Diantara Manusia Aneh
Pagi hari diawali dengan membuka mata dan menyiramkan air untuk bersuci, walau hampir setiap pagi selalu bangun kesiangan tapi gak boleh meninggalkan ritual ini. Ritual menghadap kepada pemilik semesta alam ketika nyawa terkumpul dalam jasad dan berterima kasih atas nafas yang dihembuskan dengan sempurna pada pagi ini. Seperti biasa, setelah melakukan ritual ini biasanya gue memandangi layar kaca untuk menonton ceramah pagi. Sebuah siaran ceramah yang dibawakan oleh Ustadz atau Ustadazah sebagai suplemen jiwa di pagi hari. Tapi kalo bangunnya kesiangan, ya gue skip rutinitas ini dengan langsung ke lantai dua dan menyolokan listrik untuk merapihkan baju-baju yang sehabis dijemur kemarin. Nyetrika! pekerjaan yang dibenci oleh semua adik gue, menurut mereka nyetrika itu lama dan bikin bosen. Padahal kalo nyetrikanya ditambahin dengan laptop di hadapan dan memutar video bisa anteng berjam-jam. Memang sih menyetrikanya lama, tapi yang penting selesai dan tidak menjadi beban.
Ketika sedang menikmati yang gue sebut dengan 'Setrikagasm', tetiba emak gue ke atas untuk mencari sesuatu. Gue tanya tapi gue gak terlalu mendengar jawabannya. Jadilah gue lebih memilih diam. Kayaknya fokus gue terbagi antara menyetrika, nonton video, dan mendengar jawaban si emak. Gak lama datanglah adik gue yang cewek bolak-balik untuk mencocokan baju. Kemudian dia bertanya mengenai padanan yang cocok untuk bajunya hari ini. Biasanya dia meminta saran dari keluarga mana yang cocok, lalu gue jawab sekenanya. Karena menurut gue lebih penting dia mandi dulu sebelum mencocokan apa yang mau dipakai hari ini.
FYI, adek gue yang satu ini emang anomali dari empat saudara lainnya (dua cowok dan dua cewek). Ketika tiga saudara lain cuek menggunakan apa saja yang penting nyaman dan tidak peduli dengan berbagai atribut yang melekat, tabrak warna, tabrak motif, dan pakai aksesoris yang gak biasa. Sementara adek gue rempong agar baju yang dikenakan rapih, dan fashionable, dan gak ada yang boleh nyamain di sekolahnya. Kalo ada yang nyamain dia bakal lapor k nyokap gue. Yaelah~ Bukan itu aja, ketika tiga saudara lainnya bersikap memberontak terhadap aturan di rumah dan di sekolah, adek gue ini taatnya amit-amit. Pernah dia disuruh bolos untuk menghadiri acara keluarga di Garut, dia mengancam akan tinggal di rumah sendiri buat sekolah dan gak mau ikut kalo bolosnya kebanyakan. Sementara kita, bolos, cabut jam pelajaran, telat ke sekolah, gak ngerjain pe-er, pakai sepatu biru, ngelawan guru, dan segudang catatan kriminal sekolah lainnya. Di satu sisi gue bangga sama adek gue seperti itu, tapi di sisi lain gue berpikir adek gue gak bisa fleksibel alias kaku.
Kita emang gak bisa memilih untuk dilahirkan dan dibesarkan dimana dan oleh siapa karena semua itu anugrah. Termasuk adek gue yang lahir karena 'kecelakaan' akibat dari perbuatan bokap dan nyokap di satu waktu. Kehadirannya normal untuk masyarakat umum dan merupakan tipikal siswa yang dicontohkan dalam buku-buku PPKN. Tentunya hal ini tidak sejalan dengan kita bertiga yang merupakan lawan dari semua yang ada di dalam buku tersebut. Yah-yah, adek gue memang sebuah anomali diantara manusia-manusia aneh yang tumbuh dan besar dalam satu ikatan yang dinamakan keluarga.