Akhir Dari Eye-Phone?
Tidak dipungkiri lagi memang, keberadaan si eye-phone ini membawa fenomena tersendiri tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Kehadiran setiap edisi pembaharuan yang dibuat membuat setiap orang berdecak kagum dengan hasil kreasi Steve Jobs yang pada akhirnya banyak vendor perangkat elektronik bergerak menginspirasi setiap produk mereka (yah kalo gak mau dibilang sebagai penjiplak).
Tahun 2007 merupakan tonggak sejarah bahwa perusahaan yang bermarkas di Cupertino, California menciptakan sesuatu yang belum pernah diciptakan oleh pesaing-pesaingnya. Sebuah perangkat yang mengakomodasi semua keinginan pebisnis, pemain game, pekerja seni, dan lain-lain. Debutnya di kancah persaingan perangkat elektronik bergerak dapat dibilang sukses walaupun dari segi teknologi terbelakang. Karena ketika itu setiap negara mulai mengadopsi teknologi GSM 3G (UMTS - Universal Mobile Telecommunications System) sementara si eye-phone masih menggunakan teknologi GSM 2G (EDGE - Enhanced Data for GSM Evolution). Tapi walaupun begitu tetap diburu oleh calon konsumen, hingga black market-nya secara online banyak ditemui.
Menginjak tahun keenam, product development dari eye-phone serasa berjalan di tempat. Modelnya masih sama dengan tahun 2007, hanya ada satu tombol di tengah. Evolusi bentuk handphone yang tadinya round berubah menjadi square pada eye-phone generasi ke-4. Warna yang tadinya hanya hitam ditambah menjadi putih. Tapi pembaharuan yang terjadi terutama pada desain tidak terlalu signifikan. Jujur sebagai konsumen butuh refreshment terhadap kehadiran edisi terbaru. Salah dua diantara kedigdayaan eye-phone sebagai handphone kasta kelas atas adalah ketersediaan pilihan aplikasi yang banyak dan daya tahan baterai. Apple Application Store menjadi raja dan acuan dari berbagai toko aplikasi online yang ada, jumlah dan kelengkapannya bisa dibilang mumpuni, apalagi ketika ditambah akses yang dipermudah sehingga dapat membeli menggunakan mata uang rupiah. Jika dilihat dari sisi baterai, eye-phone merupakan salah satu handphone yang memiliki power management yang bagus (kalo kata temen mah tergantung iOS yang dipake juga sih).
Sementara rival terdekat eye-phone yakni Samsung, setiap edisi terdapat pembaharuan dari desain, yang tadinya square bersudut kaku menjadi round yang lebih dinamis pada Samsung Galaxy S III, warnanya pun ditambah dari satu menjadi empat warna, Personalisasinya dirancang khusus setiap edisi, misal Samsung Galaxy S III dirancang dengan Dandelion untuk wallpaper, lock screen, dan desktop widget. Play Store yang menjadi toko aplikasi untuk handphone bersistem operasi Android berafiliasi dengan Google ini, memang masih harus banyak belajar dari Apple Application Store, terutama dari sisi keamanan dalam bertransaksi dan bebas dari virus. Power Management handphone bersistem operasi Android terkadang boros baterai jika digunakan dengan kondisi data plan berjalan terus.
Pesaing-pesaing eye-phone dari sisi teknologi mengembangkan lebih jauh mengenai produk mereka. Misalnya Android Beam (dengan saling menempelkan device bisa bertukar data), Smart Pause (berhenti sejenak ketika menyaksikan video dengan memalingkan wajah), Eye Scrolling (menaikan dan menurunkan halaman web atau e-book dengan gerakan mata), Lock Face (mengunci handphone menggunakan wajah sebagai password), dan lain-lain. Tentu saja hal ini bisa menjadi senjata nuklir yang ampuh menyerang apple yang masih menggunakan teknologi 'sederhana'.
Sebenarnya ini bukan akhir dari eye-phone jika perusahaan tersebut dapat membuat produk yang menuai decak kagum baik dari sisi teknologi maupun desain. Setiap orang pasti menunggu dengan harap-harap cemas apa yang terbaru dari apple.
Penulis bukan pengamat teknologi selular, hanya senang membaca berita mengenai teknologi dan gadget. Penulis juga belum pernah mencoba Iphone (tapi pernah mencoba Ipod Touch) dan Samsung Galaxy S III (tapi pernah mencoba Samsung Galaxy Gio). Subjektif sih memang tulisannya tapi jangan 100% percaya, musryik hukumnya percaya sama saya.