Bersyukur Atas Kemarin, Hari Ini, dan Esok Hari

Terkadang hidup orang lain tidak seenak yang kita bayangkan. Mungkin kita hanya melihat luarnya saja dan kekurangan informasi untuk mengorek lebih dalam. Memang biasanya apa yang terlihat di permukaan lebih mewakili daripada yang terlihat di dalam. 
Salah seorang partner kerja yang enggan gue sebutkan namanya karena merupakan daerah personal. Tapi bukan berarti mengubah inti cerita dan pesan yang gue sampaikan kok. Semoga gue bisa menyampaikan pesan dari cerita ini.
Sekilas partner kerja gue termasuk orang yang berada, tentengannya Iphone 4, pakaiannya branded golongan kelas menengah, dan pernah ke Korea (entah melalui biaya pribadi atau beasiswa), setiap kali posting di jejaring sosial Path selalu makan-makan di tempat yang bonafit.
Sumber Gambar : http://www.blibli.com/home
Minggu kemarin tepatnya, saat gue sedang sibuk-sibuknya bekerja dalam membantu persiapan konser idol grup Korea. Again, gue mendapat kepercayaan melakukan pekerjaan ini sebagai interpreter membantu tim produksi. Sudah empat kali gue melakukan hal ini. Tapi menurut gue sendiri tetep aja kemampuan bahasa Korea gue masih jalan di tempat. Ketika sedang break time, biasalah yang namanya orang Indonesia bercasciscus wawawaw memang sudah tak bisa dibendung lagi. Sehari lebih harus muter otak ngejelasin dan mendengar penjelasan pake bahasa Korea pas break time langsung lah bahasa Indonesia mencuat. Bak binatang piaraan yang lepas kandang. Cerita entah kemana juntrungannya, ngalor ngidul.
Tiba-tiba munculah pembicaraan mengenai 'mau kerja kemana'. Kira-kira begini kutipan ceritanya,

Gue : "Loe gak ikut ngelamar di Posco Korea kayak Cimot?"
Partner kerja : "Gak bisa, bokap gue kan udah gak ada. Nyokap gue sekarang-sekarang lagi sakit, sakit kanker, terus gue anak tunggal lagi. Jadi ya harus nyari kerjaan di sekitar Jakarta sekalian jaga nyokap."

Seketika gue langsung JLEB! nih orang punya kemampuan bahasa Korea yang oke, secara lulusan sastra Korea UI. Tapi keinginan buat kerja di perusahaan yang oke terganjal sama keadaan dimana dia harus ngejaga nyokapnya. Jujur kalo gue di posisi dia juga pasti akan memilih merawat emak gue. Terus kalo nyokapnya meninggal dia seorang diri, ya walaupun dia punya sodara deket tapi tetep aja gak bisa menggantungkan semua-muanya. 
Sementara gue, lulusan FIKOM UNPAD yang masih mencari beasiswa dan kerja dan terkadang gampang menyerah. Terus nyokap-bokap alhamdulillah masih lengkap dan semuanya dalam keadaan sehat walafiat. Kalo terkena penyakit pun biasanya penyakit ringan seperti pusing, flu, dan maag. Bukan penyakit kelas berat macam jantung dan kanker. Selain itu anggota keluarga gue bisa dibilang se-RT. Pun kalo suatu hari kedua orang tua gue meninggal gue masih punya tiga adek yang bisa berbagi suka dan duka. 
Memang sih, masalah umur dan takdir gak ada yang tahu selain Allah SWT. Siapa duluan yang menghadap dan bagaimana kita besok gak ada yang tahu. Tapi hal ini membuat gue menjadi lebih bersyukur. Bersyukur karena kesempatan gue menggapai apa yang gue mau masih terbuka lebar, bersyukur diberikan kesehatan, bersyukur diberikan keluarga yang masih lengkap. Dengan mengucapkan alhamdulillah, maka tidak ada pujian yang aku persembahkan selain kepadamu ya Allah. Intinya hari ini, besok, dan seterusnya terus bersyukur apa yang kita punya. 

Leave a Reply