Life in Hyperreal



Kalo pernah atau nyadar sana iklan salah satu produk elektronik kenamaan dunia, pasti kalian juga sadar dengan slogannya. Yah, seperti judul blog saya slogannya, "life in hyperreal". Slogan yang sederhana, singkat, mudah diingat, dan mengingatkan saya kepada pelajaran komunikasi mengenai semiotika dan teks.

Sepertinya disadari atau tidak kita memang benar-benar hidup dalam dunia yang hiperrealitas. Dunia yang melebihi apa yang ada dalam realitas sebenarnya.Dunia yang menjauhi kita dengan relitasnya, contohnya banyak tidak usah disebutkan, periklanan, seni, media, dan lain-lain

Kemarin saya mengalaminya ketika menonton film 'Ninja Assassin' yang dibintangi oleh Rain (actor korea). Film yang menurut saya Full of Blood, Action, and Martial Art. Kalo bisa dibilang secara keseluruhan film ini bagus dan memang untuk pasaran Box Office. Namun yang disayangkan, ada beberapa adegan yang saya rasa sama sekali tidak diperlukan dalam film tersebut. Yakni ketika adegan dua pemain melakukan 'Kissing' di Asrama Ninja.

Bukan saya risih atau anti terhadap adegan 'Kissing' tersebut. Namun secara jelas sekali adegan tersebut tidak diperlukan dalam adegan film tersebut. Coba saja dipikirkan, apakah betul di Asrama Ninja tersebut yang notebenenya jauh dari peradaban dan pemukiman manusia diajarkan 'Kissing' seperti film-film drama lain. Atau mungkin asrama tradisional tersebut menggunakan TV satelit atau TV Kabel untuk memberikan hiburan kepada murid didiknya. Lucu memang jika dikaji lebih dalam.

Antara film, background, dan jalan ceritanya agak janggal. Adegan yang seharusnya tidak ada menjadi ada (bisa dibilang di ada-adakan) untuk memenuhi kebutuhan pasar Amerika mungkin, jika tidak ada ciuman ya tidak afdol. Nampaknya film ini memang film Holywood yang direkonstruksi bercita rasa asia.

*Hyperreal

Categories:

Leave a Reply