Antusiasme Mantan Fresh Graduate

Sebenarnya pengen nulis, tapi malas. Malas gak ngapa-ngapain lalu pengen nulis, ide udah ada tapi jari malas bergerak. Yasudahlah kita nulis saja.

Beberapa hari yang lalu dan kalo hari ini rabu atau kamis maka kalau tidak salah satu minggu. Satu minggu tepatnya ada pemandangan berbeda di mesjid daerah rumah saya. Bukan mesjidnya yang berubah jadi gede, bukan pula menaranya yang bertambah tinggi, ternyata pas ke mesjid ada salah seorang teman SD yang kesitu juga. 
Rumah kami gak berdekatan, dia juga gak tidur di kamar saya kok. Kami hanya berbeda RT. Berbeda RT menandakan berbeda gang di daerah rumah saya. Pernah pada satu waktu, selesai sholat dia menyalami sambil tersenyum. Senyum standar ala foto KTP yak, bukan nyengir kuda yang biasa dipraktekan (oleh saya). Walaupun kita teman se-SD karena memang tidak terlalu akrab, SMP, SMA, kuliah pun berlainan institusi pendidikan maka memang jarang ngobrol. 
Suatu hari selesai menunaikan sholat Dzuhur, langit menghitam, petir menggelegar, dan bumi gonjang-ganjing (lebay jangan percaya!). Air membasahi bumi dengan derasnya, jadilah kita terjebak di mesjid beberapa saat. Walaupun saya bawa payung tetapi tetap saja karena ada teman di situ jadi harus berbasa-basi. Saya sendiri bukan tipikal orang yang gampang berbasa-basi kalo gak ada perlunya (takut basi beneran). 
Alhasil percakapan terjadi diantara kita berdua, cerita mengalir begitu saja yang memang kebanyakan keluar dari mulut teman saya. Sekarang si teman sudah resign dari sebuah perusahaan garmen di Semarang. Resign dikarenakan pekerjaan yang harusnya ditangani oleh beberapa orang harus ditangani oleh dirinya seorang (begitulah pengakuannya). Belum lagi si bos yang memang mengandalkannya dalam situasi bagaiman pun. Oh Fucked me! jamin kalo gue begitu besok gue resign. Yah yah yah si teman merasa bertanggung jawab dan tidak enak karena kiprahnya bekerja disana memang sejalan dengan berdirinya perusahaan. Menurut penuturannya ketika ia bergabung dengan perusahaan tersebut baru berdiri. Walaupun bukan founding father, maybe founding slaver (oops!). Terlihat sih dari badannya yang lebih kurus dibandingkan dulu bertemu muka (apa gue yang ngegedein yak?).
Oh well! entah antusiasme fresh graduate mencari kerja atau tidak ada pilihan lain jadi harus diperbudak oleh sesuatu yang namanya kerja. Jujur dari lulus tahun 2011 sampe sekarang pekerjaan saya yah bisa dibilang no certainty. Saya kerja kalo ada konser doang, kalo gak ada yah gak kerja. Sebut saja freelancer, begitu orang-orang banyak menyebutnya. Sebenarnya keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lebih kuat diantara keinginan lain. Bukan untuk mencari status, bukan mengharapkan mendapat gaji besar kelak, bukan untuk gegayaan karena kuliah di luar negeri. Tapi lebih kepada pengalaman baru yang akan didapat. 
Kerja menjadi rencana cadangan saya jika beasiswa belum berhasil. Karena hidup harus tetap berjalan walau rencana tidak sesuai. Sejak tahun 2010 saya bekerja sebagai interpreter di Koni Jabar, setelah itu pindah ke Jakarta dan sempat mengikuti berbagai tes-tes kerja. Voila~ hasilnya belum bekerja kantoran sampai sekarang. Selain itu, karena saya juga terlalu picky terhadap berbagai tawaran yang datang maka untuk sekarang bekerja seperti ini lebih nyaman dan lebih banyak memiliki waktu untuk bisa fokus meraih beasiswa. Tapi yang jelas Allah memang telah mengatur rezeki untuk setiap hambanya, buktinya tahun 2012 kemarin Alhamdulillah tawaran menjadi interpreter banyak mengalir. Tinggal kita memilih, mau percaya atau tidak akan janji Allah Swt.   

Categories: , ,

Leave a Reply